•  12 April 2010
  •    
  •  474
Gelar Wisata Budaya dan Industri, Digelar Desa Sabdodadi Bantul
Dengan telah diberlakukannya Asean-China Free Trade Area (ACTA) merupakan ancaman terbesar bagi pengusaha kecil. Namun produk yang dikerjakan dengan manual tidak akan bisa ditiru. Jadi tidak usah takut bersaing yang penting inovasi dan persatuan pengrajin dipertahankan. Hal tersebut dikatakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada pembukaan Gelar Wisata Budaya dan Industri di Manding Sabdodadi Bantul, Sabtu (10/4).

Lebih lanjut dikatakan untuk membendung serbuan produk negara bermodal besar pengrajin Jogjakarta hanya akan mampu bersaing dengan inovasi karena keterbatasan dana dan alat produksi. Untuk itu acara yang bertema wisata budaya dan industri harus diadakan secara kontinyu untuk memperkenalkan produk-produk baru kalau perlu ditambah kuliner yang mempuyai khas daerah.

Sementara Bupati Bantul Drs. HM. Idham Samawi mengatakan perjuangan rakyat harus didukung, jangan sampai bertarung sendiri pemerintah harus ikut turun tangan. Bila kesepakatan tersebut menguntungkan kita sambut bila merugikan kita lawan. Di wilayah Sabdodadi menurut Idham mempunyai 75 pengrajin kiulit, 7 dalang, 28 pengrajin kayu,18 seni tradisonal dan 7 papan budaya.sehingga keberadaannya harus diuri-uri untuk menarik wisata datang ke lokasi tersebut dan disuguhi dengan aneka kerajinan dan industri inovasi masyarakat.

Ketua HIPMIKINDO Prop. DIY BRAY Nuraida Joyokusumo mengatakan globalisasi merupakan ancanaman bagi sebagian pelaku usaha namun semua bisa diantisipasi dengan adanya persatuan pengrajin dan pelaku usaha sehinggga tetap mampu bersaing. HIPMIKINDO akan segera membuat MOU dengan Dinas Pendidikan Bantul yang membawahi sekolah-sekolah sebagai pencetak calon pelaku usaha dimasa yang akan datang (mw)