Hal demikian dikemukakan oleh Ketua Dekranasda Bantul Ny.Hj.Idha Idham Samawi dalam acara kunjungan ke sentra kerajinan di dusun Demangan Desa Argodadi Kec. Sedayu, Kamis (1/4). Para pengrajin diminta mampu menelurkan design-design baru yang lebih berkualitas sehingga bisa diminati pasar, kata Ny. Sri Surya Widati.
Sehingga diperlukan beberapa pelatihan bagi para pengrajin guna untuk meningkatkan kualitasnya. Dengan kualitas yang baik maka akan mampu bertahan terhadap gempuran dari produk kerajinan luar. Guna menumbuhkan kerajinan lokal maka kita juga harus mencintai produk Indonesia, misalnya kain batik asli Indonesia khususnya asal Bantul harus digunakan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Hal ini sebagai bentuk perlawanan terhadap terhadap globalisasi, katanya.
Agar bisa lebih berkembang diminta para pengrajin mau memanfaatkan adanya Pasar Seni Gabusan (PSG) yang dibangun khusus untuk pengrajin di Kabupaten Bantul. Mohon dimanfaatkan mengingat pemeran di Gabusan berlangsung sepanjang tahun dan tidak dipungut biaya kecuali biaya untuk iuran listrik dan kebersihan, tambah Bu Idham. Selanjutnya bagi pengrajin yang sudah berkelas ekspor bisa mengikuti pameran yang sering diselenggarakan oleh Dekranas atau ke luar daerah bahkan ke luar negeri.
Sementara Camat Sedayu Harso Wibowo, SH, Msi mengatakan bahwa di Sedayu saat ini ada 733 pengrajin. Sedangkan kerajinan yang ada meliputi sangkar burung, mebelair, emping mlinjo, emping garut, tenun dan lain-lain. Banyak potensi yang bisa dikembangkan namun ada kendala di permodalan, pemasaran yang masih kurang, dan belum ada perijinan, kata Harso.
Sementara itu Masinah, seorang pengrajin garut mengatakan bahwa dia merasakan kesulitan terhadap bahan baku. Bahan baku emping garut hanya bisa dipanen setahun sekali. Jika hujan sedikit sudah tumbuh tunas, sehingga kami mengharapkan agar ada teknik agar bisa menghambat pertumbuhannya, ujarnya. (nurcholis)