Totok Bachtiar, SE. selaku ketua rombongan yang berjumlah 7 orang dalam sambutan pengantarnya selamat mengatakan tujuan dari kedantangannya untuk mengetahui dari dekat konsep penanganan pasca gempa dan pembangunan rumah tahan gempa. Disamping itu juga kebijakan Pemkab dalam penanganan kebersihan kota sehingga mampu menampilkan kota yang cukup tertata dan bersih.
Sekretaris Daerah Bantul Drs. H. Gendut Sudarta, Kd. BSc. MMA. dalam sambutan mewakili Bupati Bantul mengatakan dalam catatan gempa yang ada, Bantul pernah mengalami empat kali gempa sejak tahun 1867.
Tahun 1867 terjadi gempa dengan merobihkan 372 bangunan dan meninggal 5 orang, tahun 143 terjadi lagi gempa dengan korban 213 meninggal dan 2069 luka. Tahun 1981 terjadi gempa yang ketiga dengan korban tidak tercatat namun Hotel Ambarukmo rusak. Dan terkahir bulan Mei 2006 kemarin dengan total 100.000 lebih bangunan roboh dan 6.000 orang lebih meninggal dunia.
Salah satu LSM dari Jepang JICA yang iktu memberi konsep tentang bangunan tahan gempa juga cukup heran dengan bangunan rumah adat Jawa dari kayu model Joglo yang tidak roboh sehingga menjadi catatan tambahan tersendiri untuk bangunan tahan gempa. Disamping itu juga kerberadaan bangunan publik yang seharusnya menjadi pusat pengungsian kenapa ikut roboh.
Dari Kantor DPU Bantul, rombongan DPRD Gorontalo mendapat penjelasan bahwa kunci bangunan yang baik pada tiga syarat yakni, harus ada slop, ada kolom dan ring yang merupakan unsur bangunan paling diperhatikan. Besi yang digunakan harus 10 dengan begel 8 jarak antar begel 12 - 15 cm.
Setelah acara selesai rombongan diantar staf DPU untuk meninjau Kantor DPU dan melihat model bangunan yang telah disesuaikan dengan konsep tahan gempa. (mw)