Sebagian dari kita mungkin merasa jijik dengan hewan melata seperti cacing dan sejenisnya. Namun, tidak demikian dengan Ari Widodo, warga Sorobayan, Sanden, Bantul. Ia justru menjadikan cacing sebagai sumber penghidupannya. Cacing yang dimaksud adalah cacing sutra yang biasa hidup di sungai atau selokan. Berkat ketekunannya, Ari yang sebelumnya berprofesi sebagai satpam, kini dapat meneguk keuntungan hingga belasan juta rupiah per bulan.
“Dulu saya kerja jadi satpam di Jakarta. Tahun 2023 pulang ke kampung halaman dan melakukan pembenihan lele. Ternyata pembenihan lele itu kendalanya pakannya yaitu cacing sutra. Karena kalau cacing sutra susah kan untuk pembenihan juga susah, terus akhirnya punya keinginan buat sendiri,” ungkap Ari saat ditemui dalam acara Dinamika Pembangunan, Rabu (30/10/2024).
Mulanya Ari mengembangkan budi daya cacing sutra untuk pemenuhan pakan lelenya. Seiring perkembangan, ia malah kebanjiran pesanan cacing sutra. Bahkan, saat ini peternakan cacing sutra di lahan seluas kurang lebih 560 meter persegi yang ada di samping rumahnya, belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Ari juga mendapatkan dukungan dari pemasok cacing sutra asal Sedayu yang biasa memasok cacing sutra ke tempatnya untuk pakan lele. Untungnya, pemasok cacing sutra tersebut mau menularkan ilmunya terkait budi daya cacing sutra.
"Dulu saya pembenihan ikan lele itu kan kulakan dari Sedayu, terus saya ambil sambil belajar budi daya cacing sutra. Untung orangnya tidak pelit ilmu dan sampai pernah ke sini mengajari saya, saling komunikasi sampai lancar seperti saat ini," ungkap Ari.
Pria yang juga sebagai ketua kelompok Ikan Mina Rembaka ini secara ringkas menceritakan proses budi daya cacing sutra yang diawali dengan pengolahan lahan, lalu persiapan untuk petak-petak tempat cacing sutra. Selanjutnya, melakukan penebaran benih cacing sutra dengan rincian dua liter per petak. Lebih lanjut, untuk pemberian pakan berupa pelet diberikan tiga hari sekali.
"Terus untuk pengairan dari air sumur, air bersih itu. Untuk pemanenan itu dari tebar bibit tiga bulan bisa dipanen secara bertahap," katanya.
Saat ini Ari mampu memanen cacing sutra setiap harinya dengan rata-rata sekitar 10 liter. Untuk harga jual satu liter cacing sutra ia jual Rp 40 ribu. Sedangkan dalam satu bulan, Ari mengaku mampu meraup omzet hingga belasan juta rupiah.
"Untuk penjualan bisa sampai Rp 10-11 juta. Kalau bulan-bulan ini karena pas awal kan belum maksimal, kalau sekarang sudah dua bulan ini rata-rata ya lumayan untuk nominalnya," katanya.
Menurutnya, pendapatan itu sebanding dengan biaya operasional. Mengingat untuk pakan sekitar dua sak, di mana untuk satu sak memiliki 25 kilogram. "Untuk kasih makan itu tiga hari sekali. Sehingga untuk pengeluaran seperti pelet, tenaga, listrik dan lain-lain kurang lebih sekitar Rp 4 juta," beber Ari.
Ke depan Ari berencana untuk memperluas lahan untuk budi daya cacing sutra. "Karena permintaan untuk cacing sutra cukup banyak jadi rencananya mau memperluas lahan," imbuhnya. (Fza)