•  23 Oktober 2024
  •    
  •  413
Dari Perca Jadi Kriya, Limbah Kain Yang Bernilai Ekonomis

Kain perca atau yang biasa disebut dengan kain sisa sering dianggap sebagai limbah yang kurang bermanfaat. Namun, di tangan terampil Winarti, kain perca dapat disulap menjadi barang bernilai ekonomis. Perempuan asal Padukuhan Lopati, Kalurahan Trimurti, Kapanewon Srandakan ini telah menekuni usaha kerajinan kain perca sejak tahun 2017. Kain-kain sisa ini ia kreasikan menjadi berbagai kerajinan seperti tas dan souvenir yang kemudian ia titipkan kepada para pedagang di pasar Beringharjo. 

Saat dikunjungi oleh Ketua TP PKK Kabupaten Bantul, Emi Masruroh Halim dan Anggota Dekranasda Kabupaten Bantul, Winarti menuturkan bahan baku kain perca ia dapatkan dari pengusaha tekstil dan rumah mode di Bantul dan Muntilan. 

“Dulu ikut orang, kemudian suami menyarankan untuk berdiri sendiri saja. Setelah tanya-tanya ke teman akhirnya dapat orang yang biasa menerima untuk dijualkan itu di Beringharjo lantai tiga. Waktu itu bawa sampel banyak dan alhamdulillah semuanya diterima,” terang Winarti. 

Berbekal kain perca dan kombinasi kain lainnya, benang jahit serta kecakapan tangannya. Winarti dapat menghasilkan setidaknya sepuluh tas dalam sehari. Selain menitipkan produknya kepada pedagang, Winarti juga menerima pesanan secara khusus. Pembeli juga dapat request terkait model dan ukuran produk yang diingankan. 

Meski sempat terkendali perihal modal, namun produk buatan Winarti ini terus menerima pesanan dalam jumlah banyak. Kain perca yang sering dianggap limbah tersebut nyatanya dapat menghidupi Winarti dan tujuh orang karyawannya. Kini, kemahirannya mengolah limbah perca berhasil mendatangkan keuntungan. 

Untuk harga dari tiap produknya disesuaikan dengan ukuran dan modelnya. Mulai dari belasan hingga puluhan ribu. “Yang paling laris itu totebag dari bahan gail, nanti dikombinasikan dengan perca,” katanya. (Fza)