•  08 Oktober 2024
  •    
  •  512
Menilik Usaha Batik dari Pandak Bantul, Motif Klasik Tetap Menarik

Batik telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) dan mendapat pengakuan dari UNESCO. Batik layak diakui dunia karena proses pembuatannya menggunakan teknik yang unik, serta memiliki simbol dan budaya yang melekat dengan kebudayaan Indonesia. Batik merupakan budaya luhur bangsa yang memiliki keindahan pola dan warna. Dalam setiap motif kain batik selalu memiliki filosofi tersendiri. Diakuinya batik oleh UNESCO menjadi warisan dunia harus terus selalu dijaga dan dilestarikan. Oleh karena itu, masyarakat perlu tahu bahwa yang dikatakan sebagai kain batik ialah berupa hasil goresan tangan atau yang diproduksi menggunakan cap, bukan dengan mesin atau printing.

Di Kabupaten Bantul sendiri, tepatnya di Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, menjadi salah satu sentra batik. Salah satu pengrajin batik di Wijirejo ialah Eko, pemilik Eko Batik. Tak hanya batik tulis, Eko Batik juga memproduksi batik cap dan batik kombinasi. “Kita menyediakan berbagai macam batik, selain tulis, cap ada juga batik kombinasi,” kata Eko.

Eko mengaku, batik dengan pewarnaan sogan menjadi keunggulan batik Wijirejo. Sogan sendiri berasal dari sejarah pewarnaan batik yang menggunakan pewarna alami dari batang kayu pohon soga. Warna sogan merujuk pada warna coklat kehitaman yang khas. 

“Keunggulannya karena Wijirejo sendiri terkenal dengan batik sogan jadi kita tidak lepas dari pewarnaan sogan. Warga sogan identik coklat agak tua kalau di Wijirejo,” ujar Eko. 

Dikatakannya, untuk motif yang paling laris saat ini ialah motif kombinasi klasik dan abstrak dengan warna cerah dan berwarna-warni. Batik dengan perpaduan motif ini memberikan kesan tidak terlalu formal namun tetap dapat digunakan di segala macam acara. Untuk satu kain batik jadi dengan ukuran dua meter, dijualnya dengan harga kisaran Rp.150.000 hingga Rp.250.000. 

“Paling laris motif warna warni, harganya 150 ribuan, untuk sogan juga 150 ribuan,” ungkap Eko.

Memulai usaha sejak tahun 2014, kini Eko telah memiliki lima orang karyawan. Diakuinya, menggeluti usaha batik juga tak lepas dari berbagai macam kendala yang dihadapi. Seperti soal pewarnaan, Eko menuturkan dirinya bereksperimen sendiri dalam menemukan warna yang cocok untuk variasi motif batiknya. 

“Kendala awal-awal dari segi pewarna autodidak masih eksplor sendiri, saya bereksperimen mencoba pewarnaan sendiri,” tutur Eko. 

Dalam hal pemasaran, pembeli dapat datang langsung ke showroom yang beralamat di RT 02, Pedak, Wijirejo, Kapanewon, Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak hanya dijual secara langsung, Eko juga memasarkan produknya lewat daring melalui media sosial. 

Eko batik juga memberikan bimbingan bagi yang mau belajar membatik dengan harga 25 per orang. Hal ini dikatakan Eko bertujuan untuk mengedukasi generasi muda agar lebih mengenal batik. (Fza)