•  18 Agustus 2024
  •    
  •  322
Penanaman Pohon Kalimasada dalam Sedekah Bumi Klenggotan, Manifestasi Peradaban Giri Samudra

Di antara rumpun bambu tepi Sungai Opak yang masih berada dalam kawasan wisata Batu Kapal, warga Dusun Klenggotan beramai-ramai menyaksikan penanaman pohon kalimasada. Kegiatan yang dikomando oleh pimpinan Pondok Pesantren Kaliopak, Kiai Jadul Mustofa, ini merupakan rangkaian dari sedekah bumi atau Merti Dusun warga Klenggotan yang diselenggarakan pada Minggu (18/8/2024).

Pohon yang ditanam masih berupa tunas. Tingginya tidak lebih dari 50 sentimeter. Tapi maknanya sungguh besar. Karena seperti yang disampaikan Kiai Jadul Mustofa, penanaman ini adalah manifestasi atau perwujudan dari peradaban giri samudra.

“Sungai Opak adalah sumbu ekologis karena menjadi satu-satunya sungai yang menghubungkan langsung dari Gunung Merapi ke laut selatan. Inilah wujud peradaban yang digambarkan dengan kerjasama warganya. Juga, banyak peradaban besar tumbuh dari sungai,” papar Kiai Jadul Mustafa.

Kejayaan Mesir Kuno bergantung pada Sungai Nil. Begitu pula peradaban India Kuno yang lekat dengan Sungai Indus, atau bagaimana Sungai Kuning tak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban Tiongkok. Di dalam negeri, sungai-sungai juga menjadi sentral lahirnya kerajaan besar. Sriwijaya, contohnya. Kekuatan maritimnya tak hanya soal laut, tapi juga sungai. Lalu ketika kompeni mulai menggurita di Batavia, mereka menjadikan Sungai Ciliwung sebagai salah satu andalan membangun peradaban.

“Sungai Opak ini dulu juga jadi salah satu tempat pertapaan Panembahan Senopati,” imbuh Kiai Jadul Maula.

Berbicara soal Panembahan Senopati, raja besar Mataram ini juga mewariskan banyak hal. Baik yang sifatnya berwujud maupun tidak. Hal ini disampaikan oleh Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat memberi sambutan dalam Merti Dusun Klenggotan.

“Kita patut bersyukur karena sebagai warga Bantul, wilayah kita ini diwarisi banyak oleh leluhur. Baik yang berwujud maupun tidak. Bantul adalah cikal bakal Mataram yang tercatat dalam sejarah. Kita ingat dulu Panembahan Senopati membabat Alas Mentaok yang kini jadi bagian wilayah Banguntapan. Lalu buyutnya, Sultan Agung, menaancapkan kejayaan Mataram Islam di Keraton Pleret,” ujar Halim.

Halim menambahkan, warisan budaya dari leluhur yang adiluhung sudah sepatutnya dilestarikan. Terlebih budaya seperti saling tolong menolong, gotong royong, dan kerukunan antar warga yang sebisa mungkin tidak boleh luntur. 

Sementara itu, Ketua Penyelenggara Merti Dusun Klenggotan, Agus Wardoyo, menyampaikan kegiatan ini sekaligus bentuk terima kasih kepada Tuhan atas limpahan rezeki yang diberikan sepanjang tahun.

“Kadang-kadang kita ini berlaku tidak adil pada bumi. Kita sebagai manusia kadang bertindak seenaknya saja. Tapi bumi tetap bersedia menumbuhkan tanaman-tanaman untuk kita bertahan hidup. Itu semua berkat sentuhan welas asih Gusti. Merti dusun itu salah satu bentuk rasa syukur dan terima kasih atas itu semua,” ucapnya.

Kegiatan merti dusun yang diikuti oleh delapan rukun tetangga dan komunitas pedagang pasar ini lantas dipungkas dengan berebut gunungan hasil bumi serta pentas kesenian emprak persembahan Pondok Pesantren Kaliopak. (Els)