•  07 Agustus 2024
  •    
  •  364
Inkubasi Bisnis Santripreneur Jadi Pecut Untuk Menghasilkan Pengusaha-Pengusaha Anyar

Menukil dari pernyataan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Republik Indonesia, Teten Masduki, saat ini rasio pengusaha Indonesia masih berada di angka 3,4 persen. Dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Thailand, angka ini jauh tertinggal. Rasio pengusaha Singapura telah mencapai 8,6 persen. Lalu untuk Thailand, angkanya jauh lebih tinggi, yakni berkisar antara 10 - 12 persen. Kalau ingin naik menjadi negara maju, setidaknya Indonesia harus bisa mencapai angka rasio pengusaha sebesar 4 persen.

Maka ketika program inkubasi bisnis santripreneur di Kabupaten Bantul dimulai hari ini, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyambutnya gembira. Sebab program yang merupakan kerja sama antara Baznas dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) ini jadi angin segar untuk menumbuhkan pengusaha-pengusaha muda.

“Kegiatan hari ini diharapkan dapat dimanfaatkan para santri untuk dapat mengembangkan kewirausahaannya. Tidak hanya persoalan modal, tapi juga keterampilan, attitude, dan manajemen untuk mengelola usaha yang berkelanjutan,” kata Bupati dalam serah terima program inkubasi bisnis santripreneur di Bangsal Rumah Dinas Bupati, Kamis (1/8/2024).

Halim menambahkan, sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM, Indonesia masih butuh lebih banyak pengusaha lokal yang cakap mengelola sumber daya asli Indonesia.

“Indonesia masih butuh banyak pengusaha lokal supaya sumber daya kita tidak dimanfaatkan asing. Santripreneur ini salah satu jalan, jadi salah satu kader bangsa yang diharapkan memiliki kecakapan mengelola sumber daya asli Indonesia, terutama sumber daya alamnya,” imbuh Halim. 

Sementara itu, Wakil Ketua Baznas Indonesia, Mokhamad Mahmud, berbesan agar peserta santripreneur agar memiliki mental yang mantap dalam menggeluti dunia kewirausahaan. Dua diantaranya adalah sikap jujur dan disiplin.

“Jujur itu wajib. Lalu disiplin. Disiplin dalam semua hal, apalagi disiplin waktu. Ini modal yang penting. Mudah-mudahan, menjadi pengusaha atau entrepreneur ini jadi tradisi para santri yang terus dipupuk dan dikembangkan,” ujarnya. (Els)