•  05 Juli 2024
  •    
  •  916
Sarasehan Hari Jadi Kabupaten Bantul, Refleksi 193 Tahun Bumi Projotamansari

Lengkap menggunakan pakaian Kejawen Jangkep Gagrak Ngayogyakarta, bupati beserta sejumlah pimpinan perangkat daerah Kabupaten Bantul berbaur bersama warga di Pendopo Onggodimejo, Sanggrahan, Bantulkarang, Kamis (4/7/2024). Duduk beralas tikar, bersama-sama mereka bermunajat lewat kenduri dan tahlil yang berjalan khidmat. Usai kenduri, masing-masing mendapatkan berkat nasi gurih yang dikemas dalam kreneng atau anyaman keranjang dari daun kelapa.

Kenduri dan tahlil tersebut merupakan pembuka dari rangkaian sarasehan dalam rangka peringatan hari jadi ke-193 Kabupaten Bantul. Dipilihnya Pendopo Onggodimejo, Bantulkarang, sebagai tempat pelaksanaan sarasehan karena wilayah ini diyakini sebagai cikal bakal lahirnya Kabupaten Bantul. Sebagaimana yang dilaporkan di awal acara oleh Kepala Disdikpora Bantul, Nugroho Eko Setyanto, ia ingin tamu undangan yang hadir merasakan spirit juang berdirinya Kabupaten Bantul saat itu.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh dosen sejarah Universitas Gadjah Mada, Ahmad Athoillah, yang hadir sebagai narasumber sarasehan. Dari paparan yang disampaikan, Residen Yogyakarta bersama dengan Sultan Hamengkubuwono V memutuskan berdirinya pemerintahan Bantul yang dulu disebut Bantoel Karang pada 20 Juli 1831. Kala itu, seorang nayaka atau pejabat setingkat menteri menjadi Bupati Bantul pertama, yaitu Raden Tumenggung Mangunegara

Sementara itu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, berharap sarasehan yang dilakukan tidak hanya sebagai wadah diskusi, tapi juga wadah berembuk untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat diaktualisasikan bersama bagi kemajuan Kabupaten Bantul.

“Saya berharap sarasehan malam ini juga jadi wadah berembuk untuk menghasilkan rekomendasi bernilai konstruktif yang dapat diaktualisasikan bersama bagi kemajuan Bantul. Dengan semangat bersatu membangun Bantul maju, sejahtera, dan berbudaya, mari sinergikan seluruh potensi yang kita punya untuk menuntaskan permasalahan yang kita hadapi saat ini,” tutur Halim.

Sinergi dan kolaborasi ini dirasa cukup penting untuk merampungkan PR yang ada. Beberapa diantaranya adalah stunting di mana per 2023, masih ada 2.863 kasus stunting di Bantul. Lalu perkara kemiskinan, kendati angkanya turun, namun angkanya masih tinggi, yakni 11,96%. Selain stunting dan kemiskinan, sampah dan mitigasi bencana adalah hal yang juga mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah Kabupaten Bantul.

“Inovasi, sinergi, dan kolaborasi adalah kata kunci bagi suksesnya pembangunan di Kabupaten Bantul, Karena permasalahan yang ada merupakan masalah multisektor yang akan dapat diselesaikan oleh sinergitas berbagai stakeholder yang ada,’’ imbuh Halim.

Terakhir, Halim berpesan di peringatan 193 tahun berdirinya Bumi Projotamansari, semoga masyarakat Bantul tetap berpijak pada filosofi hamemayu hayuning bawana dan budaya kerja Satriya, agar pembangunan yang dilakukan selaras dengan kelestarian ligkungan. (Els)