Tosari Wijaya selaku Ketua Rombongan mengatakan calon duta besar yang akan bertugas berjumlah 22 dan konsul 12. Dari jumlah tersebut dibagi dalam tiga rombongan masing 1/3 dari jumlah yang ada untuk mengumpulkan informasi dari berbagai daerah. Satu rombongan menuju Yogyakarta dan dua lainnya menuju Sulawesi Selatan dan Papua.
Tosari menjelaskan tujuan dari kedatangannya di berbagai daerah tidak hanya bersifat seremonial namun melihat langsung potensi daerah yang didatangi. Dengan bekal dari kunjungan akan dilihat potensi apa yang bisa dikerjasamakan pada negara tujuan dimana dia bertugas nanti.
Paradigma dalam penempatan duta besar dahulu dan sekarang jauh berbeda. Kalau dahulu seorang duta besar karena mempunyai kesalahan atau menjadi lawan politik sehingga dibuang atau disimpan, namun sekarang merupakan ujung tombak dalam segala hal diluar negeri baik sebagai perwakilan resmi, pengayom warga negara Indonesia, menyelesaikan persengketaan dan lain-lain.
Rombongan diterima Bupati Bantul Drs. HM. Idham Samawi, Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Pengelola Pasar Seni Gabusan dan Ketua Paguyuban Los Pasar Seni Gabusan juga disuguhi dengan Tari Nini Thowong dan Tari Canda Wong Bantul.
. Sementara Bupati Bantul Drs. HM. Idham Samawi dalam sambutan selamat datang mengatakan penduduk Bantul terbagi dalam beberapa kelompok sesuai pekerjaannya ada petani, pengrajin, pedang dan sektor lain. Dari berbagai kelompok tersebut 18 % masyarakat menggantungkan hidupnya dari sektor kerajinan.
Lebih lanjut dikatakan Idham, diawal kepemimpinannya tahun 2001 dari sektor kerajinan pengelola pasarnya orang luar Bantul mencapai 84 % sementara hanya 16 % yang dilaksanakan warga lokal. Dengan pembinaan dari semua dinas instansi yang berkompenten dan berkat pasar seni gabusan yang merupakan miniatur pengrajin di Bantul, mulai tahun 2008 ini telah berbalik 54 % pasar sudah ditangani orang Bantul dan 46 % oleh orang luar.
Penghasilan pengrajin masih tetap minim belum beranjak dari kehidupan awal walaupun hasil produknya sudah sampai luar negeri hal ini karena pengetahuan dan akses informasi yang minim. Pengrajin mampu menjual barang dari modal yang dikeuarkan dengan keuntungan 20%, ini sudah dianggap besar namun para pengepul dari luar Bantul menjual barang bisa dinaikkan 100 %.
Kendala yang dihadapi pengrajin banyak kreasi yang dijiplak oleh orang lain dan diperbanyak, maka sebagai strategi pasar harus selalu ada inoivasi baru. Untuk itu maka dijalin kerjasama dengan Institut Seni Indonesia (ISI). Setiap tahuin ada lomba desain dengan bekerjasama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bantul.
Sampai saat ini kebijakan Pemkab Bantul melarang berdirinya mol karena akan menggeser pasar tradisonal. Perkembangan mol menurut survai 2008, tiap tahun bertambah 37% sementara pasar tradisional minus 8%.
Rombongan Calon Duta Besar dan Kaonsul yang mengunjungan Pasar Seni Gabusan Bantul diantaranya Drs. Gusti Agung, Drs. Hendi Kusumo, Dr. Sarjono, MA, Griya Fahmi, Sudirman, M.Si, Joko Sulistyo, Zakaria Azar dll yang akan menuju ke Austria, slovenia, Brunei, Kamboja, Laos, Nigeria, swis, Simbague, Perancis, Spanyol, Arab, Maroko (Mwr)