Tradisi Cembengan menjadi agenda tahunan PG-PS Madukismo sebagai ritual mengawali musim giling-suling. Sepasang tebu temanten yang diberi nama Kyai Tumpak dan Nyai Pon, usai dikirabkan, disemayamkan atas mesin giling. Pada awal giling bulan Mei yang akan datang, tebu tersebut digiling pertama kali.
Hadir dalam kesempatan ini, Presiden Direktur Madukismo (PT Madubaru) GKR Pembayun, Direktur PG-PS Madukismo Ir. Rahmad Edi Cahyana, MSi beserta jajarannya dan para tamu undangan.
Menurut Ir. Rahmat Edi Cahyana, tebu temanten ini merupakan simbol kemitraan antara pabrik hula dan petani. "Satu pasangan yang tidak bisa dipisahkan, tanpa petani pabrik tidak bisa berproduksi," ujarnya.
Selain sepasang tebu temanten, uba-rampe dalam tradisi Cembengan ini yakni 2 kepala sapi yang ditanam didekat mesin giling, tumpeng dan sesaji untuk 40 unit kerja pabrik. (admin)