Kunjungan lapangan Peserta Diklat tersebut didampingi oleh beberapa instruktur dan pembimbing serta dipimpin oleh Asisten Pengembangan Kreatifitas Pemuda, Deputi Kementrian Pora Drs. Twisyono, MM. Diklat PKBN Angkatan ke VI tahun ini bertempat di Yogyakarta, sedangkan mereka dididik dan diasramakan di PPPPTK Seni dan Budaya Prop, DIY di Jalan Kaliurang Km 13. "Dari 67 peserta ini, mereka berasal dari 15 Propinsi se Indonesia. Mereka merupakan pemuda pemudi pilihan berumur sekitar 18-35 tahun yang dikirim dari dinas Pora daerahnya. Mereka menerima diklat dari tanggal 21 s.d 31 Maret 2009." terang Twisyono.
Tujuan dilaksnakannya Diklat dari Menpora ini, katanya lagi diantaranya agar wawasan kebangsaan dan rasa cinta tanah air mereka tetap tinggi serta untuk menegakkan kemandirian, meningkatkan kompetensi pemuda di era globaliasasi ini.
Sementara dalam pengarahannya Sekda Kab Bantul sangat mendukung terhadap program diklat PKBN dari Menpora ini, karena di era kemajuan yang semakin tak terbendung ini bangsa kita masih kurang siap dalam mengantisipasinya. Untuk itu penggeblengan mental dan pembekalan peningkatan kualitas pemuda sangatlah penting.
"Kami juga masih sangat prihatin karena masih banyak generasi muda kita yang bangga dengan meniru budaya dan bangga dengan memakai produk bangsa lain. Hal ini tentunya harus dilakukan suatu perubahan yang revolusioner agar generasi dan bangsa kita menjadi bangga terhadap produk, budaya maupun keberadaan bangsanya sendiri. tegas Gendut Sudarto. Hal ini menandakan bahwa bangsa kita masih belum mempunyai rasa keberpihakan terhadap bangsanya sendiri." tambahnya.
Gendut Sudarto juga mencontohkan seperti bangsa Jepang yang negaranya dihancurkan oleh bom atom Amerika sekitar tahun 1945, namun dengan kepahitan yang dialami, bangsa Jepang bangkit segera untuk membangun bangsa dan negaranya. Duapuluh tahun kemudian Jepang lebih maju dari Amerika. Sedangkan bangsa Indonesia yang berpengalaman pahit dijajah bangsa Belanda dan bangsa yang lainnya selama 350 tahun, sampai saat ini masih tetap tertinggal jauh dengan bangsa lain di dunia. Hal ini menandakan bahwa bangsa kita tidak suka bekerja dengah sungguh-sungguh serta tidak suka bekerja keras seperti bangsa Jepang. Maka para pemuda dari sekarang, harus betul-betul mempersiapkan diri menghadapi persaingan global. (Sit)