•  21 November 2008
  •    
  •  739
NgayogJazz 2008 akan semarakan Desa Wisata Tembi
Memainkan musik jazz dengan simpel dan spontan di tengah-tengah interaksi sosial masyarakat, di tengah-tengah pemukiman dan di sela-sela penduduk berkegiatan sehari-hari. Begitulah konsep yang diusung Ngayogjazz yang sudah digelar pada 2007 dan akan digelar lagi tahun 2008 ini. Semua orang yang hadir akan dilibatkan dalam berbagai permainan jazz yang cair dan penuh improvisasi. Banyak permainan yang tak terduga akibat interaksi antar pemain alat musik maupun dengan “pemain-pemain” yang secara konvensional disebut penonton. Kejadian begini terjadi ketika permainan musik jazz muncul di benua Amerika. Jazz memang tidak muncul berupa pertunjukan, tetapi berupa permainan bersama.

Ngayogjazz mengundang untuk bermain, tidak sekedar menonton. Mr. Warwick, warga asal Australia yang memproduksi kerajinan tangan dengan warga Desa Tembi, sebuah desa yang asri di Bantul Yogyakarta, akan menjadi tuan rumah kali ini. Dengan konsepnya dan pemakaian venue sebuah desa aseli Bantul ini membuat Ngayogjazz menjadi festival jazz yang unik dibanding festival jazz yang pernah ada. Permainan akan digelar di lima titik penjuru desa Tembi yang bisa dinikmati secara berurutan sambil menikmati kesejukan alam pedesaan. Ini memang perwujudan dari tagline Ngayogjazz 2008 yang berbunyi : Nja-Jazz Desa Milang Kori, pelesetan dari peribahasa jawa “Njajah desa milang kori”, yang berarti mengembaraan ke berbagai tempat.

Para seniman musik ternama akan hadir menyemarakkan permainan. Mereka antara lain Riaka Roeslan, Eliana Dewi Koko Harsoe & friends (Bali), Zeva (Bandung), Komunitas Mata Hati (Surabaya), Living Room (Jogja) dan Das Smoothly (Jogja) serta tiga perempuan pelanggan tetap NgayogJazz, siapa lagi kalau bukan Trie Utami, Iga Mawarni dan Syaharani yang memboyong grupnya Fireworks.

Warga Desa Tembi tentu saja tak ketinggalan. Di sela-sela kegiatan mereka bertani, berkerajinan dan berdagang mereka akan menimpali Ngayogjazz 2008 ini dengan berbagai kesenian tradisional seperti gejog lesung, hadrah dan cokekani. Warga Desa Tembi juga akan membuka pasar tiban yang diberi nama Pasar Jazz yang menyediakan berbagai masakan desa dan mengundang beberapa penjaja souvenir khas Jogja untuk mengasyikkan pasar.

Event yang digagas dan disuguhkan oleh sang penggemas (tidak salah ketik) berbagai alat musik, Djaduk Ferianto bersama KUA ETNIKA, WARTAJAZZ.COM, Paningron, NoVindra/beyond the stage, Hattakawa –lingkage, dan enCikpeaCe&seCure ini juga menyediakan bingkisan kepada 2000 hadirin pertama pada gelaran yang selalu bisa dihadiri dengan gratis ini.

Desa Tembi yang asri, warga yang ramah, jazz yang kita mainkan dengan asyik, pasar yang seru, para pemusik piawai, semua menanti kita pada Hari Minggu, 23 November 2008, mulai jam 14 siang hingga tengah malam. (admin)