•  22 Agustus 2008
  •    
  •  736
Pemkab Bantul dukung Kesetaraan Gender di Jajarannya
Dalam rangka mendukung upaya pengarusutamaan gender, Pemkab Bantul melalui Proyek SCBDP menyelenggarakan pelatihan “Kesetaraan Gender” yang diselenggarakan pada tanggal 21–23 dan 27-28 Agustus 2008 untuk pejabat eselon III dan IV.

Dalam pengarahannya pada waktu pembukaan, Asisten Tata Praja, Sukardiyono SH, mengatakan bahwa perempuan sebenarnya mempunyai kedudukan yang terhormat dalam kehidupan ini. Namun kadang-kadang hal ini kurang disadari akibat adanya budaya tertentu yang menempatkan perempuan sebagai pelengkap seperti konsep perempuan (isteri) sebagai konco wingking, swarga nunut neraka katut, dsb.

Oleh karenanya, kepada kaum perempuan diingatkan untuk bisa lebih mengembangkan potensinya setara dengan laki-laki, dan harus mau memiliki kemauan, kemampuan dan keberanian dalam melaksanakan peran dan tanggungjawab sesuai dengan porsinya. Tetapi tidak harus berperilaku seperti laki-laki, karena perempuan mempunyai sifat biologis dan kodrati yang berbeda dengan laki-laki.

Pada kesempatan yang sama, Benny Hartanto – Team Leader Konsultan menyampaikan bahwa pemahaman akan istilah ”gender” akan diluruskan dan dijelaskan dalam pelatihan ini, sehingga tidak akan salah pengertian dan akan memudahkan pada implementasinya dalam program pembangunan. Diharapkan pelatihan ini akan memberikan manfaat yang adil antara perempuan dan laki-laki serta adanya kepekaan semua pihak pada isu gender yang mungkin timbul.

Selanjutnya Asisten I mengatakan: ”Dalam mewujudkan misi Bantul Projotamansari, sejahtera, demokratis dan agamis, kaum perempuan baik aparatur maupun masyarakat umum bisa ikut andil dalam mendidik dan mensejahterakan anak. Bahkan pendidikan anak ini sudah bisa dimulai sejak dalam kandungan. Hanya ibulah yang selalu berkomunikasi dengan anaknya di dalam kandungan, yang dilanjutkan sampai anak lahir dan tumbuhkembang menjadi dewasa”.

Hal ini diakui kebenarannya oleh Benny Hartanto, dimana menurut keyakinan dan pengalamannya, mendidik anak yang telah mengenyam pendidikan dalam kandungan akan terasa lebih mudah daripada mendidik anak setelah lahir. ”Yang penting si ibu harus menjaga watak yang baik dan bisa mengendalikan emosi yang biasanya tidak stabil selama kehamilan”, katanya.

”Dalam era globalisasi, baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki konsep yang sama dalam hal melihat kompleksitas dari situasi atau permasalahan yang ada; berkompetisi dengan berlomba dalam kebaikan; dan melakukan pembaruan, yaitu mau merubah pola pikir untuk mempengaruhi pola sikap dan menuju pola tindak yang lebih baik dan benar. Sehingga perubahan dapat terjadi tanpa perpecahan”. Demikian kata Sukardiyono yang juga menekankan dukungannya agar kesetaraan atau pengarusutamaan gender dapat terwujud di lingkungan Pemda Bantul. Akhirnya diharapkan juga kepada seluruh aparat agar mau bangkit, bekerja keras dan bersyukur atas apa yang menjadi hasil kinerjanya. (admin)