•  19 Mei 2008
  •    
  •  4464
Masyarakat Perlu Tahu Tanda-Tanda Tsunami dan Upaya Penyelamatnnya
Kawasan pesisir pantai selatan pulau Jawa ditengarai rawan terhadap terjadinya bencana gempa dan tsunami. Hal ini diakibatkan di tengah laut terjadi pertemuan antara dua lempeng yaitu lempeng Samudera Indo-Australia dan benua Eurasia . Lempeng Samudera Indo-Australia bergerak terus menerus menunjam benua Eurasia. Pergerakan ini rata-rata 5-7 cm per tahun ke arah utara. Akibatnya bagian ujung dari lempeng Eurasia tertarik turun secara berangsur-angsur dan terus menerus sehingga terjadi akumulasi tegangan. Suatu saat maka akumulasi tegangan ini menimbulkan gempa yang kalau terjadi di laut bisa mengakibatkan tsunami. Untuk itu warga masyarakat perlu tahu tanda-tanda tsunami dan upaya penyelamatanya.

Demikian dikatakan oleh pakar gempa dan tsunami, Dr.Ir.Subandono Diposaptono, M.Eng di Balai Desa Srigading Kec.Sanden, Sabtu (17/5) dalam acara mitigasi bencana gempa dan tsunami dan dampak lingkungan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Bantul. Sosialisasi ini diikuti oleh para tokoh masyarakat di tiga wilayah yaitu kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek, serta para kepala sekolah serta pejabat dari Dinas/Instansi terkait. Tampak hadir dalam kesempatan tersebut Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan, Prof.Dr.M Syamsul Maarif, M.Eng, Assek II Drs.H.Suryanto, Kepala Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Bantul, Dra. Mursumartinah.

Oleh karena itu kita harus punya pengetahuan tentang tsunami terutama tanda-tanda terjadinya tsunami sehingga masyarakat bisa selamat seandainya terjadi gempa di tengah laut, katanya. Tanda-tanda tsunami diantaranya adalah terjadi gempa di tengah laut dengan intensitas kekuatan 6,5 SR, dan pusat gempa dangkal yaitu kurang dari 60 Km. Tanda-tanda lain selain air laut yang surut secara cepat dan mendadak adalah kadang terasa gempa pada daerah pesisir. Gempa ini sangat mungkin berpusat di tengah laut sehingga ada kemungkinan mampu memicu terjadinya tsunami. Bisa juga tercium bau garam yang menyengat dan angin dingin di pantai. Hal ini menunjukkan bahwa di laut lepas sedang terjadi turbulensi air laut., tambah Subandono. Ada juga suara abnormal yang bergemuruh. Hal ini diakibatkan resonansi gulungan air dengan dasar laut yang terus mengalami pendangkalan sehingga suaranya akan terus bergemuruh.

Sekedar catatan gempa dan tsunami, gempa 1907 di Samudera Hindia mengakibatkan tsunami di Simeleu, 1921 di Cilacap, 1977 di Sumbawa, 1992 di Flores , 1994 di Banyuwangi, kemudian bergerak ke barat yaitu 2004 di Aceh, terus ke timur 2005 di Nias dan terakhir 2006 terjadi tsunami di Pangandaran dan terakhir Bengkulu 2007. Dipekirakan ada seismic gap yang terdapat di lautan akibat gempa di Jawa Timur 1994 dan gempa 2006 Jawa barat. Seismic gap adalah celah dalam di tengah laut yang belum terjadi gempa besar selama 100 tahun. Jika terjadi gempa akan bisa menimbulkan tsunami. Gempa yang terjadi di 200 km di tengah laut akan menimbulkan tsunami dengan kecepatan 500 km per jam.

Masyarakat di Jawa ini perlu waspada karena kebanyakan gempa yang terjadi tidak dirasakan oleh penduduk pinggir pantai. Dari hasil interview kami di Pangandaran 50 % warga mengetahui adanya gempa tapi lemah. Beda dengan di sumatera yang gempanya sangat terasa bahkan bisa mencapai 9 SR, ungkap Subandono.

Subandono mengharapkan sosialisasi mitigasi bencana ini dapat ikut meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap gempa dan tsunami, sehingga terjadinya korban bisa dihindari. Tidak perlu takut karena masih ada upaya penyelamatan diri jika terjadi gempa yang diikuti tsunami. Jika tsunami menerjang pantai warga dihimbau segera lari menjauhi pantai sejauh 2 kilometer atau ke arah perbukitan. Kalau tak ada bukit bisa berlindung di gedung yang kokoh.. Jangan percaya jika ada orang yang mengatakan bahwa akan ada gempa jam sekian di tempat tertentu, karena belum ada pakar ataupun tehnologi satu pun yang bisa meramalkan terjadinya gempa secara pasti, himbau Subandono. (nurcholis)